MENJAWAB BEBERAPA KEBERATAN TENTANG ISLAM

owner 11:03 PM

Suatu kehormatan bagi saya dapat berbagi beberapa pemikiran kepada kalian semua pada tema yang sangat relevan yaitu Apa pesan-pesan Islam, Agama damai yang banyak disalahpahami oleh orang-orang pada masa-masa sekarang.


Upaya membangun perdamaian adalah salah satu dari hal yang paling mendapatkan perhatian pada saat ini. Tetapi sayangnya perdamaian tidak kita jumpai dimanapun. Banyak terjadi peperangan di berbagai tempat. Begitu juga begitu banyak permasalahan dan krisis yang serius yang dihadapai umat manusia, dan semua orang begitu mendambakan jalan menuju kedamaian abadi sehingga mereka dapat menikmati kehidupan mereka di dunia ini dan juga ketika mereka kembali kepada Sang Pencipta.

Islam menyajikan perdamaian nyata bagi seluruh umat manusia, Kami tidak mengklaim bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang menyajikan kedamaian, kami juga tidak mengklaim Islam  memonopoli suatu kebenaran. Kami mengakui bahwa semua agama yang benar diajarkan dan dikirim oleh Allah taala, mereka membawa pesan perdamaian karena mereka semua berasal dari satu pencipta yang sama yang merupakan sumber kedamaian sepanjang masa. Tetapi Islam sangat berbeda karena Islam secara harfiah berarti damai. Hal itu menyajikan pesan perdamaian dengan kejelasan yang penuh dan kebijaksanaan yang mendalam. Islam berarti penyerahan diri kepada kehendak dan perintah Allah dan karena mengikuti ajaran-ajarannya, orang dapat mendapatkan kedamaian setiap saat.

Sayangnya pada saat ini Islam sedang di persepsikan sebagai agama teror, agama yang penuh dengan penumpahan darah, dan sebagian orang – sebagian besar diantaranya – benar-benar menganggap Islam sebagai agama yang mengajarkan kebencian antara satu dengan lainnya, antar negara dengan negara lain. Padahal sebaliknya Islam adalah pendukung terbesar perdamaian dan Rasulullah saw adalah pembela terbesar dalam perdamaian sepanjang masa, dalam menyebarkan perdamaian untuk seluruh umat manusia.

Ada dua sumber utama untuk memahami Islam. Yang pertama adalah Al-Qur'an yang merupakan kitab suci Islam, wahyu lisan dari Allah taala yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. yang digambarkan sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia (Q.S. 2:185). Alquran juga telah digambarkan sebagai “rahmah” (Q.S. 16:89) yang berarti rahmat.

Dan yang kedua adalah contoh mulia dari pendiri suci Islam Nabi Muhammad saw (hadits). Beliau saw adalah perwujudan perdamaian dan dinyatakan sebagai personifikasi rahmat bagi seluruh umat manusia (Q.S 21:107). Sayangnya pada kedua sumber tersebut, Alquran dan hadits Nabi Muhammad saw - banyak orang yang belum mengerti sepenuhnya.

Sebagai contoh belum lama ini, Anggota parlemen di Belanda membuat pernyataan bahwa menurut pemahamannya (tentunya ini keliru) setengah dari Alquran harus dibuang ke laut. Mengapa? Dia mengatakan: “Saya percaya bahwa Alquran mengajarkan perang dan kebencian, pertumpahan darah serta terorisme.” Apakah ada tuduhan yang lebih besar yang dikaitkan pada Alquran yang merupakan perwujudan dari ajaran-ajaran damai? Padahal kenyataannya Alquran tidak lain mengajarkan perdamaian, persatuan dan penghormatan terhadap kerukunan hidup antar umat manusia.
Hari ini saya ingin menyajikan beberapa pernyataan dari Alquran untuk mendukung bahwa Alquran sebenarnya adalah pesan perdamaian, jauh dari pesan kebencian, kekerasan dan pertumpahan darah.

Pertama-tama, Alquran telah mengatakan:
 Tidak ada paksaan dalam urusan agama.” (Q.S 2:256) Ini secara jelas menyatakan bahwa orang-orang dari seluruh dunia benar-benar bebas untuk memilih keyakinan mereka, mana saja yang mereka suka dan senang untuk menjalankannya. Dan dan tak seorangpun di muka bumi ini dengan cara apapun memaksa orang lain untuk menerima Agama Islam. Alquran menyatakan bahwa kebebasaan berkeyakinan adalah hak dasar dari semua manusia. Mereka bisa percaya pada agama apapun yang mereka suka dan mereka dapat menjadi pengikut setiap keyakinan yang mereka yakini.

Alquran menyatakan:


“Inilah hak dari Tuhan-mu ; maka barangsiapa menghendaki, maka berimanlah, dan barangsiapa menghendaki, maka ingkarlah.” (Q.S 18:29)

Begitu tegasnya disebutkan bahwa Islam kebenaran dan dinyatakan bahwa: Orang yang ingin mempercayai - nya biarkan mereka percaya dan mereka yang tidak ingin percaya biarkan mereka menyangkalnya. Tidak ada paksaan dalam berkeyakinan. Orang-orang diberi pilihan bebas.  Jadi Islam tidak memiliki instrumen pemaksaan untuk mengubah keyakinan seseorang agar memeluk Islam.

Hukuman Murtad Dalam Islam

Kemudian muncul pertanyaan bahwa jika seorang muslim ingin meninggalkan Islam apa yang akan terjadi padanya? Ada sebuah kepercayaan keliru yang dihubungkan dengan Alquran, beberapa orang yang sayangnya termasuk orang Islam sendiri, mempunyai pemikiran bahwa Al-Qur'an mengatakan bahwa orang semacam itu harus dipenggal. Padahal kenyataannya justru kebalikan dari itu. Alquran dimanapun tidak pernah menyebutkan bahwa hukuman murtad adalah membunuh orang yang bersangkutan. Alquran menyatakan:


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian ingkar, kemudian beriman lagi, kemudian ingkar lagi, kemudian kian bertambah dalam kekufuran, sekali-kali Allah swt. tidak akan mengampuni mereka dan tidak pula akan menunjukkan jalan lurus  kepada mereka. (Q.S. 4:137)

Orang bisa membayangkan bahwa jika hukuman murtad adalah dengan jalan pembunuhan, maka apakah memungkinkan bagi seseorang yang murtad, kembali ke pangkuan Islam untuk kedua kalinya? Jika hukumannya adalah hukuman mati  – seperti yang mereka katakan – maka akan menutup kemungkinan bagi seseorang untuk kembali kepada Islam. Namun Alquran jelas menyatakan bahwa sangat mungkin bagi seorang Islam yang meninggalkan agamanya karena beberapa alasan bisa kembali pada keyakinannya jika ia menginginkannya. Pilihan dan opsi selalu ada disini. Tidak ada hukuman karena kemurtadan dan juga tidak ada paksaan apapun kepada siapa saja untuk menerima Islam.

Menurut Islam, agama adalah masalah pilihan. Jika seseorang senang dengan kebenaran Islam dan mereka puas, tentu saja mereka sangat dipersilahkan dan bergabung dengan Islam. Tetapi jika mereka memutuskan untuk tidak melakukannya, maka tidak ada paksaan dan bahkan jika setelah masuk Islam kemudian mereka ingin pergi, maka merekapun bisa pergi. Allah taala sendiri yang akan menilai hal ini dalam kehidupan yang akan datang tetapi tak seorangpun memiliki kewenangan untuk mengeluarkan hukuman bagi yang murtad.

Hukuman Penghujatan Terhadap Islam

Pertanyaan selanjutnya yang sangat sering ditanyakan adalah hukuman penghujatan dalam Islam. Ini adalah satu hal lagi yang merupakan tuduhan besar dalam menentang Islam. Pertanyaannya adalah bahwa jika seseorang melakukan suatu penghujatan terhadap Allah taala, Rasulullah saw, Alquran atau hal-hal sakral dalam Islam dengan menggunakan bahasa kotor atau menunjukkkan rasa tidak hormat dengan cara apapun, maka apa hukuman untuk itu? Hal ini dikatakan dan diyakini oleh banyak orang termasuk orang Islam sendiri bahwa hukuman bagi penghujatan adalah hukuman mati. Pernyataan seperti itu sama sekali tidak benar.

Alquran sama sekali tidak menyebutkan bahwa hukuman untuk penghujatan adalah hukuman mati bahkan hukuman yang lebih rendah sekalipun. Dan sebenarnya tidak ada hukuman duniawi bagi kejahatan ini. Tidak diragukan lagi, menurut Islam penghujatan merupakan bentuk kejahatan yang sangat tercela dan menyakitkan hati, namun hukuman untuk ini sepenuhnya ada di tangan Allah taala. Allah mungkin akan menghukum pelakunya di kehidupan ini atau di kehidupan akhirat. Kami percaya bahwa setiap orang akan bertanggungjawab di hadapan Allah. Pada hari akhir nanti, Allah yang akan menjadi hakim, tetapi Allah tidak memberi hak kepada siapapun dalam kehidupan ini untuk memberikan hukuman apapun. Saya kutip disini referensi dari Alquran:


“Kamu pasti akan di uji dalam hartamu dan jiwamu, dan pasti kamu akan mendengar banyak hal  yang menyakitkan hati dari orang-orang yang telah diberi Alkitab sebelummu dan dari orang-orang musyrik. Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, maka hal demikian sungguh merupakan urusan keteguhan hati.” (Q.S 3:186)

Tidak ada disebutkan jenis hukuman apapun disini. Allah taala mengatakan bahwa berbagai hal yang menyakitkan akan dikatakan tentang kalian. Seorang Muslim hanya diminta menunjukkan kesabaran ketika mereka mendapatkan penghinaan dengan cara apapun. Tetapi tidak disebutkan bentuk penghukuman apapun terhadap para penghujat.

Lebih lanjut Alquran menyatakan:


“Dan, sesungguhnya Dia telah menurunkan kepadamu di dalam Kitab ini bahwa apabila kamu mendengar Ayat-ayat Allah swt. diingkarnya dan dicemoohkannya, maka janganlah kamu duduk bersama mereka sebelum mereka beralih ke dalam percakapan lainnya. Jika demikian, sesungguhnya kamu niscaya semisal mereka. Sesungguhnya Allah swt. akan menghimpun orang-orang munafik dan orang-orang kafir semua di dalam Jahannam.” (Q.S 4:140)

Allah taala menyatakan bahwa ketika seseorang dengan suka hati melakukan penghujatan, satu-satunya tindakan dari orang-orang beriman adalah jangan terus menemani orang tersebut dan duduk bersama mereka lagi. Dan sekali lagi sama sekali tidak disebutkan hukuman bagi penghujatan .

Hubungan Muslim dengan Pengikut Agama lain

Pertanyaan lain yang mengganggu pikiran banyak orang adalah bagaimana ajaran Islam tentang hubungan dengan pengikut-pengikut agama lain. Apakah Islam mengajarkan Muslim untuk menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang terhadap mereka?

Alquran memberikan pedoman yang cukup mengenai hal ini.


“Katakanlah, “Hai Ahli-kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama di antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada Allah swt., dan tidak pula kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan [a] sebagian yang lain sebagai Tuhan selalin Allah swt..” Tetapi, jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Jadilah saksi bahwa kami orang-orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan” ” (Q.S 3:64

Ini adalah semangat kerjasama yang Islam telah tanamkan antara kalangan umat Islam untuk mengundang pengikut agama lain secara bersama-sama atas dasar umum untuk bekerjasama dalam upaya mencapai saling menghormati dan menghargai.

Pada subyek yang sama, Alquran menyatakan lebih lanjut:


“Dan, tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa; dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Q.S 5:2)

Perlu dicatat disini bahwa Islam tidak menyebutkan ajakan kerjasama ini dengan mempertimbangkan agama tertentu. Jika ajakan itu ditujukan kepada Islam berupa perbuatan baik untuk tujuan mulia, Alquran mengatakan bahwa anda harus selalu menerimanya. Ajakan tersebut mungkin dari Yahudi, seorang Kristen, seorang Hindu, Budha atau penganut agama apapun atau bahkan dari seorang atheis; Islam mewajibkan kaum muslimin untuk maju dan bekerjasama. Mereka hanya harus melihat alasan mengapa mereka diundang, bukan melihat siapa yang mengundang untuk melakukan hal tersebut.

Islam telah memberikan prinsip emas yang dapat diikuti dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Islam mengajarkan bahwa segala urusan harus didasarkan pada keadilan.

Alquran menyatakan:


Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah swt. Sesungguhnya, Allah swt. Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S 5:8)

Ini membuat hal yang sangat jelas bahwa Islam memerintahkan pengikut sejatinya, kendatipun dengan musuh sekalipun mereka harus selalu bersikap adil. Apakah mungkin agama yang mengajarkan ajaran kerukunan dan kerjasama yang indah ini – bisa mendorong kekerasan atau kebencian terhadap orang lain?

Pada titik ini, izinkah saya menyebutkan bagian nasehat yang sangat penting dari Pendiri Jamaah Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Beliau telah menjelaskan prinsip fundamental ini, karena tujuan utama kedatangannya adalah untuk menghidupkan kembali ajaran Islam dan pekerjaan menyebarkan ajaran Islam untuk seluruh dunia. Dalam menjelaskan semangat sejati kerjasama dan membantu orang lain Beliau berkata:


“Ini adalah prinsip kami untuk bersimpati pada seluruh umat manusia. Jika seseorang melihat kebakaran di rumah tetangga Hindu, dan ia tidak bangun membantu memadamkannya, saya katakan kepada kalian dengan sebenarnya bahwa dia bukan dari ku. Jika salah satu pengikutku melihat seorang Kristen terbunuh dan dia tidak pergi menolongnya, saya katakan pada kalian dengan sebenarnya bahwa dia bukan dari kita…Saya katakan dengan bersumpah dan kesungguhan bahwa saya tidak memiliki permusuhan dengan siapapun…Jika ada seseorang mencaci makiku, saya tujukan keluhanku kepada Tuhan, bukan pada pengadilan lainnya. Meskipun dari semua itu, adalah kewajiban kita untuk memiliki rasa simpati pada seluruh umat manusia.” (Siraj-e-Muneer, Ruhani Khaza’in, jilid 12,. Hal.28).

Tindakan ketika Islam diserang

Mari kita ambil pertanyaan penting lain yang umumnya diajukan oleh banyak orang. Mereka mengatakan bahwa sementara Islam tidak mendukung kekerasan, perang, kebencian terhadap orang lain dan tidak memperkenankan setiap agresi terhadap orang lain.  Kemudian jika orang lain mengambil inisiatif dan memulai agresi terhadap orang Islam, maka apa yang harus dilakukan?

Sekali lagi saya mengacu pada Alquran untuk jawabannya. Alquran menyatakan:


“Dan perangilah di jalan Allah swt., orang-orang yang memerangimu, namun jangan kamu melampaui batas, Sesungguhnya Allah swt. tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. 2:190)

Izin untuk melawan adalah hak dasar manusia. Izin tersebut diberikan pada umat Islam ketika mereka benar-benar diserang. Ketika Rasulullah saw dipaksa untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah, penduduk kafir Mekkah tetap saja tidak membiarkan Rasulullah saw dan pengikut beliau dalam suasana aman begitu saja. Sebaliknya mereka terus menerus menyerang beliau saw ; dan hampir semua pertempuran terjadi di sekitar Madinah. Hal ini jelas menunjukkan siapa aggresor sebenarnya.

Perlu dicatat bahkan izin yang diberikan untuk pertama kalinya dalam sejarah pada umat Islam untuk melawan adalah dalam rangka membela diri, ketika mereka benar-benar diserang. Mereka diizinkan untuk membela dan melindungi kehormatan, harta, hidup dan agama mereka. Alquran menyatakan:


“Telah diizinkan bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka. (QS 22:39)

Bahkan dalam hal izin ini, betapa humanis dan murah hatinya ajaran Islam, bahwa izin ini tidak boleh melampaui batas. Alquran menyatakan:


“Barangsiapa menyerang kamu, seranglah dia sepadan dengan serangannya kepadamu; dan bertakwalah kepada Allah swt., dan ketahuilah bahwa Allah s.w.t.  beserta orang-orang bertakwa. (QS 2:194)

Islam, pembela terbesar perdamaian – telah memastikan bahwa reaksi dan respon terhadap agresi tidak boleh malampaui batas. Meskipun Muslim diizinkan untuk melawan agresi, tetapi diperintahkan kepada mereka bahwa ketika musuh menghentikan peperangan mereka melakukan gencatan senjata, Muslim, menang atau kalah harus menyetujui untuk menghentikan aksi bertahan mereka. Alquran menyatakan:


“Tetapi, jika mereka berhenti, maka tidak ada permusuhan  kecuali terhadap orang-orang aniaya. ” (QS 2:193)


Saya telah sajikan disini beberapa contoh dari ajaran Islam sebagaimana disebutkan dalam Alquran. Suatu hal yang jelas menunjukkan bahwa Islam tidak satupun menyebutkan ajaran yang mendorong terorisme atau peperangan melawan orang lain.

Satu hal yang harus ditambahkan disini untuk menjernihkan kesalahpahaman. Pada saat ini sebagian orang melakukan berbagai tindakan terorisme yang sayangnya mengatasnamakan Islam. Saya akan mengatakan bahwa ini hanya beberapa gelintir orang yang mengkhianati agama mereka sendiri melalui tindakan yang bertentangan dengan Islam. Dengan demikian, mereka melakukan tindakan yang sangat merugikan untuk keyakinan mereka sendiri. Mereka yang melakukan kekejaman dan tindak teroris terhadap orang lain atas nama Islam, tidak pernah diizinkan untuk membajak nama Islam yang indah, juga tidak bisa dijadikan sebagai duta Islam. Mereka adalah pelanggar dan layak dikutuk keras dan dihukum berat atas tindakan agresi dan menodai citra Islam yang indah.

Sebagai faktanya, definisi seorang muslim sejati menurut hadits Nabi saw adalah bahwa seorang muslim adalah dia yang dari tangan dan lidahnya, tidak mengganggu, merugiakan atau membahayakan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa hanya orang damai yang benar-benar dapat menjadi seroang Muslim. Sedangkan orang-orang yang melakukan kekejaman, agresi dan tindakan barbar lainnya, walaupun dilakukan atas nama Islam – tidak layak disebut Muslim.

Contoh dari Rasulullah saw dalam hal ini sangat cemerlang dan paling baik. Beliau adalah duta perdamaian par excellence untuk seluruh umat manusia. Beliau tidak pernah memulai perang apapun sepanjang hidupnya. Beliau adalah orang yang selalu berusaha untuk membangun perdamaian antara orang-orang yang bertikai. Tetapi ketika lawan melancarkan agresi terhadap dirinya dan menyerang Madinah, Beliau tidak ada pilihan kecuali mengangkat senjata untuk membela diri. Sebagian besar pertempuran defensif seperti itu terjadi di Madinah (ketika Rasulullah saw telah hijrah untuk menghindari kekejaman kafir Qurays di Mekkah, pent) yang membuktikan bahwa alih-alih sebagai agresor, Rasulullah saw selalu menjadi korban agresi.

Akhirnya saya ingin mengatakan bahwa pesan Islam sebenarnya adalah sebuah pesan damai untuk seluruh umat manusia. Ini adalah undangan terbuka bagi semua untuk datang dan mencari cahaya dari pesan Islam. Saya meyakinkan mereka semua, melalui cahaya yang kekal yang diberikan oleh Allah, mereka akan mampu menerangi hati mereka. Dengan hati mereka yang dipenuhi cahaya Ilahi dan perdamaian, mereka akan mampu membangun perdamaian di sekitar mereka.

Jadi mari kita semua bekerja sama untuk pembentukan perdamaian. Mari kita bergandengan tangan bersama-sama. Kita semua harus bekerja sama untuk tujuan mulia menegakkan perdamaian ini sehingga kita benar-benar dapat hidup dan menikmati surga damai di bumi. Semoga Allah memungkinkan kita untuk melakukannya. Semoga Allah memberkati kita semua, aamiin.

* Tulisan ini ditulis oleh Ataul Mujeeb Rasded, Imam Masjid Ahmadiyah London, Pada kesempatan Perayaan 100 tahun Khilafah Ahmadiyah yang dihadiri oleh Presiden Mauritius,  Aneerood Jugnauth pada 13 Desember 2008.

Sumber:
 www.reviewofreligions.org

Penterjemah: Khaeruddin Ahmad Jusmansyah

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Sukai , Komentari , dan Bagikan ! Terima kasih ! :) EmoticonEmoticon