Ilmu Pengetahuan Tentang Cinta, Darimana, Apa, dan Bagaimana Cinta Bekerja, Serta Rahasia Tentang Cinta Sejati ( Part 2 of 2 )

owner 9:35 PM
love

Ini lanjutan artikelnya... Selamat Membaca! J


Cinta Membuat Seseorang Menjadi Bahagia

“Aku tak bisa hidup tanpamu, kamu berada di aliran darahku, kamu
adalah nafasku, aku tak ingat makan, tak ingat minum, tak ingat
bobo, tak ingat mandi dll. semua itu karena mengingat kamu...”.

Mungkin kata-kata lebay dan alay diatas tak asing lagi kita dengar dari
mulut seseorang yang tengah dimabuk asmara. Dalang dibalik keadaan
tersebut adalah hormon fenylethilamin. Selain hormon fenylethilamin
ada juga hormon adrenalin. Sebagian pengaruh dari adrenalin ada yang
mirip dengan fenylethilamin, yaitu mempercepat nafas. Selebihnya ada
lagi hubungannya dengan, "tak ingat makan, tak ingat minum..". Ketika
hormon ini bekerja, efek yang ditimbulkan dapat menghilangkan nafsu
makan karena organ pencernaan jadi bekerja lebih lambat.
Nah, yang berikutnya rada-rada menakutkan. Rupanya, selain hormon
dopamine yang bekerja selayaknya kokaine, ada juga hormon yang
bekerja selayaknya morphine. Hormon ini bernama endorpin. Endorpin
dikatakan adalah morfinnya tubuh karena memang sifatnya yang seperti
morfin (tahukan morfin ?, masih sejenis narkoba juga loh..). Hormon ini
sebenarnya hanya akan muncul ketika kita merasakan sakit,
kegembiraan, dan orgasme. Namun, rupanya ketika kita jatuh cinta,
hormon ini juga bekerja, oleh karena itu orang yang jatuh cinta merasa
bahagia (kadang-kadang membuat senyum-senyum sendiri). Uniknya
ketika Anda memakan cokelat, hormon endorpin ini juga akan
dihasilkan. Itulah sebabnya ada baiknya apabila kita memberikan
hadiah cokelat kepada pasangan kita. :)

Selain itu ada juga vasopresin. Hormon ini memiliki peranan dalam
kegiatan sexual. Hormon ini dapat menekan sekresi air, berperan
sebagai antidiuretik yang dapat mengatur pengeluaran urin. Tanpa
hormon ini, Anda sudah pasti memerlukan bantuan pampers karena
tidak bisa mengatur air kencing sendiri.

Dan yang terakhir adalah oxytocine yang merupakan hormon yang
terkait dengan perasaan kepuasan. Ketika Anda memeluk atau
membelai pasangan Anda, hormon ini akan dihasilkan di hipotalamus.

Cinta Membuat Seseorang Menjadi GILA

Saat kita jatuh cinta, bagian otak yang bertugas sebagai pengontrol
depresi dan analisis, sama sekali tidak bekerja, sebaliknya bagian otak
pengontrol intuisi, rasa "ser-seran" dan bagian otak yang bekerja
merespon obat bekerja dengan aktif.
Kesimpulannya Menurut psikiater dan asisten klinik psikiater di
University of California San Francisco School of Medicine, Dr. Thomas
Lewis, dalam bukunya yang bertajuk A General Theory of Love
mengatakan, “jatuh cinta memang bukan merupakan fungsi otak, jatuh
cinta itu lebih merupakan fungsi saraf “. Jadi tidak heran kenapa orang
yang jatuh cinta kerap melakukan hal-hal bodoh, karena mereka
-mungkin- "bekerja" tanpa menggunakan otak. (hahaha)
Mengingat penelitian biologi saat ini, tampaknya bahwa ungkapan
"jatuh cinta membuat gila" bukan hanya metafora. Ada banyak bukti
yang menunjukkan bahwa jatuh cinta secara fisiologis mirip dengan
penyakit mental. Misalnya saja gangguan seperti OCD (Obsessive-
Compulsive Disorder). Si penderita OCD biasanya mempunyai pikiran
tertentu yang tak dapat dilenyapkannya (obsesi) atau melakukan suatu
tindakan berulang-kali tanpa kendali (kompulsi). Hal ini berkaitan
dengan ketidakseimbangan serotonin, dan ketika dipelajari, peneliti
menemukan bahwa seseorang yang jatuh cinta memiliki kadar serotonin
40% di bawah normal.

Adakah Yang Namanya Cinta Sejati Itu ?

Yup, tanpa diragukan lagi cinta sejati itu memang ada, buktinya kita
bisa melihat pasangan kakek-nenek yang tetap saling mencintai sampai
ajal memisahkan mereka.

Bagiamanakah Cara Untuk Menciptakan Cinta Sejati ?

Sebelumnya kita harus mengerti dulu apa itu “cinta sejati”. Ada banyak
definisi cinta sejati, jumlahnya tak terhitung saking banyaknya. Namun
kita tak perlu bingung. Toh kebanyakan definisi itu merupakan hasil
pemikiran subyektif dan tidak logis. Supaya tidak terjebak dalam
kebingungan, lebih baik kita bersandar pada definisi cinta sejati yang
ilmiah, obyektif, dan logis.

Salah satu definisi yang ilmiah, obyektif dan logis itu dikemukakan oleh
M Scott Peck dalam The Road Less Travelled. Ia mendefinisikan cinta
sebagai “kemauan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud
memelihara pertumbuhan spiritual diri sendiri atau perkembangan
spiritual orang lain”.

Ungkapan “dengan maksud” pada definisi tersebut digarisbawahi
karena tujuanlah yang terutama membedakan antara cinta dan yang
bukan cinta. Dengan demikian, cemburu buta atau pun upaya
mengekang sang kekasih (walau dengan alasan demi menjaga
keselamatannya) bukanlah cinta sejati.
Dalam pada itu, untuk memelihara perkembangan spiritual orang lain
yang kita cintai, kita perlu lebih dulu mengembangkan diri sendiri.
Mengapa demikian? M Scott Peck menerangkan:
“Bila kita mencintai seseorang, cinta kita dapat dibuktikan atau
diwujudkan hanya dengan cara pengerahan tenaga kita sendiri….
Cinta bukan tanpa usaha. Sebaliknya, cinta itu penuh dengan
usaha”.

Nah, sekarang mari kembali ke bagian ilmu pengetahuannya.
Pasangan dalam hubungan jangka panjang dan bahagia berarti telah
beralih dari kedaan dimabuk asmara akibat dopamin- ke induksi
oxytocin tenang. Oksitosin selain terkait dengan perasaan kepuasan
sebagaimana dituliskan sebelumnya adalah hormon peptida yang
mempromosikan rasa ikatan dan hubungan dan dilepaskan selama
menyusui, pelukan, dan orgasme.
Pasangan yang berhasil dalam mencari cara untuk merangsang
pelepasan oksitosin dalam satu sama lain lebih cenderung senang untuk
tetap selalu bersama. Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk
merangsang pelepasan oksitosin, dan dengan demikian tetap saling
terhubung dan bahagia dengan pasangan? (syuut... khusus buat
kelangengan hubungan suami-istri !!)

Inilah rahasianya :

1. Seringlah berpelukan!.
2. Saling memandangi satu sama lain ketika Anda sedang berbicara
atau sedang berduaan.
3. Melakukan petualangan bersama-sama, seperti mengunjungi
tempat-tempat baru, naik roller coaster, berolahraga bersama, dll.
4. Tertawa bersama.
5. Saling memberi pijatan.
6. Setiap kali konflik terjadi, sebelum meningkat menjadi marah.
Segeralah terhubung secara fisik dengan satu sama lain
(berpegangan tangan, memeluk, dll), bernapas bersama-sama
selama beberapa menit, kemudian bicara.

Dengan demikian artikel-artikel diatas sekaligus juga menutup akhir
dari tulisan yang masih banyak kekurangannya ini, akhir kata dari
saya semoga bermanfaat !

Bandung, 19 Juni 2010, 0:57 WIB
Yoga PW

http://yogapw.wordpress.com

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Sukai , Komentari , dan Bagikan ! Terima kasih ! :) EmoticonEmoticon