Kesedihan masih menaungi kediaman keluarga Deddy Darwis Wailissa dan Nurul Idawaty di Ambon, Maluku, Minggu (26/10/2014). Di hari kedua sepeninggal putri cerdasnya, Deddy masih tak bisa membendung air mata.
Deddy masih terkenang segala hal tentang Gayatri Wailissa, putrinya itu. Namun, remaja berbakat yang menguasai 14 bahasa internasional tersebut pulang sebelum sebagian cita-citanya diraih.
Masih terngiang di telinga Deddy cita-cita yang kerap dilantangkan Gayatri. Peraih gelar Kick Andy Young Hero 2014 itu punya tiga cita-cita menakjubkan, menjadi seorang duta besar, juru bicara presiden, atau anggota Badan Intelijen Negara (BIN).
"Masa baktinya untuk negara benar-benar menggebu, namun belum sempat terlaksana. Pernah dia katakan buat saya; Bapak, saya berbakti untuk bangsa dan negara dan saya harus mati untuk bangsa dan negara," kata Deddy Darwis Wailissa, ayahanda Gayatri, saat ditemui Metro TV di kediamannya, hari ini.
Mimpi itu dirajutnya sejak duduk di kelas dua sekolah menengah atas. Demi mewujudkan cita-citanya, dia tak henti mengasah diri. Termasuk memperlajari berbagai bahasa secara otodidak. Setidaknya dia mampu berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, India, Rusia, dan Tagalog.
"Kata Gayarti: Pak, cita-cita saya itu tiga, di antaranya duta besar, juru bicara presiden, dan badan intelijen negara. Itu cita-cita Gayatri yang sangat menggebu sekali. Sehingga apapun yang menghadang dia tak merasa gentar dan memang gayatri itu orang pantang menyerah," kenang Deddy.
Gayatri rela berpisah dari haribaan kedua orang tuanya dalam beberapa waktu. Tapi, itu bukan kendala. Toh, hasilnya selalu mengagumkan. Gayatri tak jarang menyunggingkan aroma kebahagiaan di rumah petak, pojok Kota Ambon. Lukisan kebahagiaan dan prestasi akademik itu pun dia uarkan ke penjuru Tanah Air lewat berbagai kegiatan.
Lulusan SMA Unggulan Siwalima, Ambon, itu menorehkan segudang prestasi ciamik, baik di tingkat nasional maupun internasional. Terakhir, dia menjadi Duta ASEAN untuk Indonesia di bidang anak. Saat menjadi delegasi tunggal di Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN itu, Gayatri mendapat tempat terhormat dengan sapaan Doktor.
Bahkan, menurut Deddy, putrinya pernah ditawari Pemerintah Australia agar pindah kewarganegaan karena kecerdasannya. Namun, Gayatri menolak.
"Saya ingin saya mati dikenang oleh masyarakat dan tinggalkan kenangan yang susah dilupakan oleh masyarakat Indonesia," ungkap Gayatri pada satu masa seperti diceritakan ayahandanya.
Kenangan tentang segala kehebatan almarhumah itulah yang membuat Deddy dan Nurul masih tak percaya ditinggal buah hatinya. Apalagi, rekam jejak medis perempuan kelahiran 1996 itu tak pernah bermasalah, kata Deddy.
Setengah jam sebelum dilaporkan pingsan sehabis berolahraga di sekitar Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2014), Deddy masih sempat berbincang-bincang dengan Gayatri via sambungan telepon. Dalam obrolan itu, putrinya berkata dalam kondisi prima.
Namun, setelah itu, orang tuanya mendapat telepon kalau Gayatri pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta. Dia tak sadarkan diri. Empat hari berselang, Gayatri meninggal dunia.
Jenazah Gayatri Wailissa lantas dibawa ke Ambon. Rombongan tiba di Bandara Pattimura, Ambon, Maluku, sekira pukul 08.00 WIT, Sabtu (25/10/2014). Isak tangis keluarga dan kerabat dekat menyambut kedatangan gadis jenius tersebut.
Mendiang lantas dibawa ke Masjid Raya Al Fatah, Ambon, untuk disalatkan. Jenazah disambut Gubernur Maluku Said Assegaf dan Sekretaris Pemerintah Kota Ambon Antony Gustav Latuheru.
Setelah disalatkan, perempuan berusia 17 tahun itu disemayamkan di Aula Kodim 1504 Pulau Ambon. Selain pejabat dan keluarga, warga setempat pun dipersilakan melayat almarhum. Tak lama kemudian, Gayatri dimakamkan di Taman Makam Bahagia, Kapahaha, Kota Ambon.
"Seakan-akan dia belum hilang dari ingatan saya. Dari hati saya yang dalam, kenapa terlalu cepat dia dipanggil oleh Allah SWT dalam usia 19 tahun?" isak Deddy tumpah di pangkuan.
JCO
Inilah daftar Prestasi Gayatri :
1. Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006
2. Juara Bertutur kanak-kanak 2007
3. Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008
4. Juara 1 Lomba Cipta Puisi Provinsi 2009
5. Juara 1 debat konsep pembangunan daerah 2010
6. Juara 2 karya tarian kreasi baru 2010
7. Nominasi 3 besar Icon Busana Nasional 2011
8. Juara 1 Lomba Pidato dalam hari anak Nasional 2011
9. Juara Karya Tulis sastra Nasional 2012
10. Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012
11. Juara esay Nasional “Hari Perdamaian Dunia” 2012
Organisasi/Kegiatan yang pernah digeluti:
1. Pimpinan Redaksi Majalah Anak (Suara Anak Maluku)
2. Pengurus Forum Anak Maluku
3. Ketua Forum Perdamaian (KAPATA DAMAI)
4. Penerjemah Bahasa
5. Pramuwisata
6. Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel)
7. Instruktur Klub Teater
8. Penyiar Radio Swasta-Siaran Anak
9. Reporter/Presenter/Host – Icon Clip Film Documenter
10. Pernah menjadi Delegasi tunggal ke Nepal mewakili ASEAN
11. Wakil Indonesia untuk duta anak tk asean
12. Tidaklah penting siapa kita, yang penting apa yang bisa kita lakukan
Inilah salah satu bukti bahwa anak muda Indonesia mampu bersaing dengan orang-orang di luar negeri asalkan mau belajar tekun dan memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang positif.
Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi anak- anak muda di Indonesia untuk terus belajar serta meraih cita-cita yang diharapkan. Tidak ada yang tidak mungkin, karena yang menjadikan sesuatu menjadi tidak mungkin itu berasal dari kita sendiri yang malas belajar dan berusaha.
Deddy masih terkenang segala hal tentang Gayatri Wailissa, putrinya itu. Namun, remaja berbakat yang menguasai 14 bahasa internasional tersebut pulang sebelum sebagian cita-citanya diraih.
Masih terngiang di telinga Deddy cita-cita yang kerap dilantangkan Gayatri. Peraih gelar Kick Andy Young Hero 2014 itu punya tiga cita-cita menakjubkan, menjadi seorang duta besar, juru bicara presiden, atau anggota Badan Intelijen Negara (BIN).
"Masa baktinya untuk negara benar-benar menggebu, namun belum sempat terlaksana. Pernah dia katakan buat saya; Bapak, saya berbakti untuk bangsa dan negara dan saya harus mati untuk bangsa dan negara," kata Deddy Darwis Wailissa, ayahanda Gayatri, saat ditemui Metro TV di kediamannya, hari ini.
Mimpi itu dirajutnya sejak duduk di kelas dua sekolah menengah atas. Demi mewujudkan cita-citanya, dia tak henti mengasah diri. Termasuk memperlajari berbagai bahasa secara otodidak. Setidaknya dia mampu berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, India, Rusia, dan Tagalog.
"Kata Gayarti: Pak, cita-cita saya itu tiga, di antaranya duta besar, juru bicara presiden, dan badan intelijen negara. Itu cita-cita Gayatri yang sangat menggebu sekali. Sehingga apapun yang menghadang dia tak merasa gentar dan memang gayatri itu orang pantang menyerah," kenang Deddy.
Gayatri rela berpisah dari haribaan kedua orang tuanya dalam beberapa waktu. Tapi, itu bukan kendala. Toh, hasilnya selalu mengagumkan. Gayatri tak jarang menyunggingkan aroma kebahagiaan di rumah petak, pojok Kota Ambon. Lukisan kebahagiaan dan prestasi akademik itu pun dia uarkan ke penjuru Tanah Air lewat berbagai kegiatan.
Lulusan SMA Unggulan Siwalima, Ambon, itu menorehkan segudang prestasi ciamik, baik di tingkat nasional maupun internasional. Terakhir, dia menjadi Duta ASEAN untuk Indonesia di bidang anak. Saat menjadi delegasi tunggal di Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN itu, Gayatri mendapat tempat terhormat dengan sapaan Doktor.
Bahkan, menurut Deddy, putrinya pernah ditawari Pemerintah Australia agar pindah kewarganegaan karena kecerdasannya. Namun, Gayatri menolak.
"Saya ingin saya mati dikenang oleh masyarakat dan tinggalkan kenangan yang susah dilupakan oleh masyarakat Indonesia," ungkap Gayatri pada satu masa seperti diceritakan ayahandanya.
Kenangan tentang segala kehebatan almarhumah itulah yang membuat Deddy dan Nurul masih tak percaya ditinggal buah hatinya. Apalagi, rekam jejak medis perempuan kelahiran 1996 itu tak pernah bermasalah, kata Deddy.
Setengah jam sebelum dilaporkan pingsan sehabis berolahraga di sekitar Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2014), Deddy masih sempat berbincang-bincang dengan Gayatri via sambungan telepon. Dalam obrolan itu, putrinya berkata dalam kondisi prima.
Namun, setelah itu, orang tuanya mendapat telepon kalau Gayatri pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta. Dia tak sadarkan diri. Empat hari berselang, Gayatri meninggal dunia.
Jenazah Gayatri Wailissa lantas dibawa ke Ambon. Rombongan tiba di Bandara Pattimura, Ambon, Maluku, sekira pukul 08.00 WIT, Sabtu (25/10/2014). Isak tangis keluarga dan kerabat dekat menyambut kedatangan gadis jenius tersebut.
Mendiang lantas dibawa ke Masjid Raya Al Fatah, Ambon, untuk disalatkan. Jenazah disambut Gubernur Maluku Said Assegaf dan Sekretaris Pemerintah Kota Ambon Antony Gustav Latuheru.
Setelah disalatkan, perempuan berusia 17 tahun itu disemayamkan di Aula Kodim 1504 Pulau Ambon. Selain pejabat dan keluarga, warga setempat pun dipersilakan melayat almarhum. Tak lama kemudian, Gayatri dimakamkan di Taman Makam Bahagia, Kapahaha, Kota Ambon.
"Seakan-akan dia belum hilang dari ingatan saya. Dari hati saya yang dalam, kenapa terlalu cepat dia dipanggil oleh Allah SWT dalam usia 19 tahun?" isak Deddy tumpah di pangkuan.
JCO
1. Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat 2006
2. Juara Bertutur kanak-kanak 2007
3. Juara 2 Lomba Cerpen Nasional 2008
4. Juara 1 Lomba Cipta Puisi Provinsi 2009
5. Juara 1 debat konsep pembangunan daerah 2010
6. Juara 2 karya tarian kreasi baru 2010
7. Nominasi 3 besar Icon Busana Nasional 2011
8. Juara 1 Lomba Pidato dalam hari anak Nasional 2011
9. Juara Karya Tulis sastra Nasional 2012
10. Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional 2012
11. Juara esay Nasional “Hari Perdamaian Dunia” 2012
Organisasi/Kegiatan yang pernah digeluti:
1. Pimpinan Redaksi Majalah Anak (Suara Anak Maluku)
2. Pengurus Forum Anak Maluku
3. Ketua Forum Perdamaian (KAPATA DAMAI)
4. Penerjemah Bahasa
5. Pramuwisata
6. Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel)
7. Instruktur Klub Teater
8. Penyiar Radio Swasta-Siaran Anak
9. Reporter/Presenter/Host – Icon Clip Film Documenter
10. Pernah menjadi Delegasi tunggal ke Nepal mewakili ASEAN
11. Wakil Indonesia untuk duta anak tk asean
12. Tidaklah penting siapa kita, yang penting apa yang bisa kita lakukan
Inilah salah satu bukti bahwa anak muda Indonesia mampu bersaing dengan orang-orang di luar negeri asalkan mau belajar tekun dan memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang positif.
Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi anak- anak muda di Indonesia untuk terus belajar serta meraih cita-cita yang diharapkan. Tidak ada yang tidak mungkin, karena yang menjadikan sesuatu menjadi tidak mungkin itu berasal dari kita sendiri yang malas belajar dan berusaha.
Sumber : dari berbagai sumber yang saya padukan.
Sukai , Komentari , dan Bagikan ! Terima kasih ! :) EmoticonEmoticon