:'( :-)
Wanita muda itu sepertinya tidak memperoleh pendidikan dan pengasuhan yang selayaknya sewaktu kecil. Cara bicaranya susah dipahami, Kemampuan membaca dan menulisnya tak lebih dari kemampuan anak kelas 1 SD, kemampuannya berhitung sebesar uang yang dimilikinya, dan dia hampir tidak pernah bepergian kecuali sejauh jangkauan kakinya.
Dan dia seorang ibu.
Seorang ibu yang tidak bisa
bersenandung untuk menidurkan anaknya, tidak bisa mengajari anaknya menyanyi
apalagi mengaji. Kekasarannya memperlakukan anaknya bisa jadi menggambarkan
bagaimana dia diperlakukan ketika kecil. Ekspresi kasih sayangnya pada anaknya
kadang terlihat begitu absurd.
Tetapi tetap saja dia seorang
ibu, seabsurd apapun dia memperlakukan anaknya tetap saja kasih saying seorang
ibu tertangkap dalam hati anaknya, hingga bagaimanapun dia memperlakukan
anaknya, sang anak tetap mencari ibunya sepulang sekolah, mencari ibunya ketika
sang anak merasakan ketidaknyamanan pada dirinya. Meskipun dia tidak
mendapatkan kelembutan dari ibunya.
Hingga suatu hari kulihat suatu
gambaran yang sangat menakjubkan dari bentuk ikatan ibu dan anak. Saat sang
anak tengah bermain, saat itu si anak masih TK, tiba-tiba turun hujan, segera
saja dia berlari kencang ke arah rumahnya sambil berteriak” Bu..bu..udan..udan
bu.. memehane(jemurane) dientasi bu” Demikian dia teriak-teriak untuk
memberitahu ibunya, agar jemuran ibunya tidak kembali basah karena hujan. Masya
Allah…meski si anak tidak diasuh sebagaimana anak-anak pada umumnya tetap saja
ada kepedulian si anak kepada ibunya untuk hal yang paling kecil
sekalipun seperti halnya masalah jemuran tadi.
Kisah
diatas menggambarkan
satu contoh betapa istimewanya ikatan ibu dan anak. Jalinan perasaan yang
merupakan setingan Allah Tabarakta wa Taa’laa. Tak tergantikan. Rasa yang
sangat indah yang begitu dirindukan oleh semua wanita.
Ya,
menjadi ibu adalah kebahagiaan besar. Perasaan yang membuncah ketika sang buah
hati lahir, kegembiraan menyaksikan anak tumbuh berkembang dengan sehat sampai
kebahagiaan karena mendapat tempat khusus di hati anaknya adalah nikmat Allah
yang takterkatakan. Semua itu akan dimilikinya ketika seorang ibu tetap pada
fitrahnya, mensyukuri kesempatan yang Allah berikan untuk menjadi seorang ibu
dan menjalankan perannya sebagaimana yang Allah perintahkan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا
الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs.
Luqman : 14)
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ
النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ،
قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia
berkata, “Seseorang datang kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada
siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’
Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya
kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Berbahagialah
menjadi ibu, berbahagialah dengan segala kerepotan dan tugas-tugas seorang ibu,
jangan merasa terbebani karena itu semua akan mengantarkan ibu-ibu pada
keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala.
Wallahu
‘alam bisshawwab.
Diatri
Ratih Rahayu
eramuslim.com
Sukai , Komentari , dan Bagikan ! Terima kasih ! :) EmoticonEmoticon